Monday, 19 November 2012

Tipe Gunung dan Tipe Letusan Gunung Api

Tipe-Tipe Gunung Api

Gunung api merupakan bukit-bukit berbentuk kerucut atau pegunungan yang terbentuk di dekat ventilasi yang terhubung ke sebuah reservoir magma. Tipe-tipe dari gunung api dipengaruhi oleh faktor utama adalah jenis magma. Sehingga dari bentuk gunung api yang terlihat dapat diidentifikasi jenis magma secara umum. Berikut ini beberapa tipe gunung api yang terbentuk oleh masing-masing jenis magma yang berbeda-beda.

1. Stratovolcano
Bentuk tipe ini seperti kerucut dengan sisi yang curam. Tipe gunung api ini terbentuk pada letusan besar yang terdiri dari aliran lava, tefra, dan aliran piroklastik. Letusan besar terjadi karena komposisi magma yang sangat kental. Magma rhyolitic yang kaya dengan silika terdistribusi pada daerah lempeng benua terutama pada zona subduksi. Pada saat pembentukan gunung api ini berdasarkan berada di daerah lempeng benua. 
Gambar 1: Contoh tipe Stratovolcanos
2. Cinder Cone
Bentuk tipe ini menyerupai bukit berbentuk kerucut yang curam terbentuk di atas ventilasi magma. Cinder cone biasanya terbentuk oleh letusan sejenis Strombolian. Cinder cone dibangun dari lava fragmen-fragmen yang disebut abu vulkanik. Tipe gunung api ini jarang memiliki tinggi hingga 250m.
Gambar 2: Contoh tipe Cinder cone

3. Shield Volcano
Tipe ini merupakan jenis gunung api terbesar di dunia. Tipe ini terbentuk dari aliran lava basalt dan memiliki kemiringan yang landai. Gunung api ini tidak menghasilkan letusan yang besar karena magma yang dikeluarkan memiliki sifat encer. Magma basalt dengan viskositas rendah ini biasa muncul di daerah hotspot tengah samudera dan daerah batas lempeng divergen. Tipe gunung api ini lebih sering muncul di tengah samudera.
Gambar 3: Contoh tipe Shield Volcano

4. Mud Volcano
Tipe ini merupakan jenis gunung api terkecil di dunia. Tipe ini hanya memiliki tinggi 2-3 meter. Gunung api ini terbentuk dari campuran air (panas) dan sedimen yang berasal dari erupsi gunung api besar disekitarnya. Suhu pada pembentukan tipe gunung api ini lebih rendah. Material yang dikeluarkan seperti bubur halus dalam cairan seperti air dan hidrokarbon cair.
Gambar 4: Contoh tipe Mud Volcano

5. Lava Dome
Gunung api ini terbentuk karena pendinginan lava kental yang keluar dari ventilasi gunung api. Lava kental ini mengalir dengan perlahan, jadi lava lebih cepat membeku dengan perpindahan dalam jarak yang pendek dari sumber letusan. Lava-lava yang telah membeku membentuk tumpukan seperti kubah kecil.
Gambar 5: Contoh tipe Lava Dome

6. Caldera
Caldera merupakan sebuah kawasan runtuhnya gunung api. Sebuah keruntuhan dipicu oleh pengosongan magma di bawah gunung berapi, biasanya sebagai hasil dari letusan besar gunung api. Keruntuhan ini dapat terjadi pada saat letusan dahsyat atau pun letusan yang bertahap dari serangkaian letusan. Reruntuhan tersebut akan menutupi jalur magma sebelumnya, sehingga magma akan mencari jalur baru dan biasanya fracture-fracture yang mengarah ke lingkaran pinggiran reruntuhan (caldera) tersebut. Sehingga muncul ventilasi vulkanik sekunder di sekeliling caldera.
Gambar 6: Contoh tipe Caldera

7. Volcanic Fissure Vent
Tipe ini merupakan tempat keluar lava yang melalui retakan-retakan yang diterobos oleh lava. Tipe vulkano ini tidak memiliki kawah utama sama sekali. Lava yang keluar merupakan lava yang sangat cair sehingga menyebar jauh dan luas.
Gambar 7: Contoh tipe Volcanic Fissure Vent

Tipe-Tipe Letusan Gunung Api
Berdasarkan tinggi rendahnya derajat fragmentasi dan luasnya, juga kuat lemahnya letusan serta tinggi tiang asap, maka gunung api dibagi menjadi beberapa tipe erupsi:

1. Tipe Hawaiian
Tipe ini memiliki erupsi eksplosif dari magma basaltic atau mendekati basalt, umumnya berupa semburan lava pijar, dan sering diikuti leleran lava secara simultan, terjadi pada celah atau kepundan sederhana. Tipe hawaii terjadi karena lava yang keluar dari kawah sangat cair, sehingga mudah mengalir ke segala arah. Sifat lava yang sangat cair ini menghasilkan bentuk seperti perisai atau tameng. Contoh: Gunung Maona Loa, Maona Kea, dan Kilauea di Hawaii.
Gambar 8: Contoh tipe Hawaiian

2. Tipe Strombolian
Tipe erupsinya hampir sama dengan Hawaiian berupa semburan lava pijar dari magma yang dangkal, umumnya terjadi pada gunung api yang sering aktif di tepi benua atau di tengah benua. Letusan tipe ini bersifat spesifik, yaitu letusan-letusannya terjadi dengan interval atau tenggang waktu yang hampir sama. Gunung api stromboli di Kepulauan Lipari tenggang waktu letusannya ± 12 menit. Jadi, setiap ±12 menit terjadi letusan yang memuntahkan material, bom, lapili, dan abu. Contoh gunung api bertipe stromboli adalah Gunung Vesuvius (Italia) dan Gunung Raung (Jawa).
3. Tipe Plinian
Tipe ini merupakan erupsi yang sangat ekslposif dari magma berviskositas tinggi atau magma asam, komposisi magma bersifat andesitik sampai riolitik. Material yang dierupsikan berupa batu apung dalam jumlah besar. Letusan tipe ini sangat berbahaya dan sangat merusak lingkungan. Material yang dilemparkan pada letusan tipe ini mencapai ketinggian sekitar 80 km. Letusan tipe ini dapat melemparkan kepundan atau membobol puncak gunung, sehingga dinding kawah melorot. Contoh: Gunung Krakatau yang meletus pada tahun 1883 dan St. Helens yang meletus pada tanggal 18 Mei 1980.
Gambar 9: Contoh tipe Plinian

  • Tipe Sub Plinian, erupsi eksplosif dari magma asam/riolitik dari gunung api strato, tahap erupsi efusifnya menghasilkan kubah lava riolitik. Erupsi subplinian dapat menghasilkan pembentukan ignimbrit.
  • Tipe Ultra Plinian, erupsi sangat eksplosif menghasilkan endapan batu apung lebih banyak dan luas dari Plinian biasa.
4. Tipe Vulkanian
Erupsinya magmatis berkomposisi andesit basaltic sampai dasit, umumnya melontarkan bom-bom vulkanik atau bongkahan di sekitar kawah dan sering disertai bom kerak-roti atau permukaannya retak-retak. Material yang dierupsikan tidak selalu berasal dari magma tetapi dapat juga bercampur dengan batuan samping berupa litik. Letusan tipe ini mengeluarkan material padat, seperti bom, abu, lapili, serta bahan-bahan padat dan cair atau lava. Letusan tipe ini didasarkan atas kekuatan erupsi dan kedalaman dapur magmanya. Contoh: Gunung Vesuvius dan Etna di Italia, serta Gunung Semeru di Jawa Timur.
Gambar 10: Contoh tipe Vulcanian

5. Tipe Surtseyan dan Tipe Freatoplinian
Kedua tipe tersebut merupakan erupsi yang terjadi pada pulau gunung api, gunung api bawah laut atau gunung api yang berdanau kawah. Surtseyan merupakan erupsi interaksi antara magma basaltic dengan air permukaan atau bawah permukaan, letusannya disebut freatomagmatik. Freatoplinian kejadiannya sama dengan Surtseyan, tetapi magma yang berinteraksi dengan air berkomposisi riolitik.
6. Tipe Merapi
Letusan tipe ini mengeluarkan lava kental sehingga menyumbat mulut kawah. Akibatnya, tekanan gas menjadi semakin bertambah kuat dan memecahkan sumbatan lava. Sumbatan yang pecah-pecah terdorong ke atas dan akhirnya terlempar keluar. Material ini menuruni lereng gunung sebagai ladu atau gloedlawine. Selain itu, terjadi pula awan panas (gloedwolk) atau sering disebut wedhus gembel. Letusan tipe merapi sangat berbahaya bagi penduduk di sekitarnya.
7. Tipe Pelee
Letusan tipe ini biasa terjadi jika terdapat penyumbatan kawah di puncak gunung api yang bentuknya seperti jarum, sehingga menyebabkan tekanan gas menjadi bertambah besar. Apabila penyumbatan kawah tidak kuat, gunung tersebut meletus.
8. Letusan Tipe Sint Vincent
Letusan tipe ini menyebabkan air danau kawah akan tumpah bersama lava. Letusan ini mengakibatkan daerah di sekitar gunung tersebut akan diterjang lahar panas yang sangat berbahaya. Contoh: Gunung Kelud yang meletus pada tahun 1919 dan Gunung Sint Vincent yang meletus pada tahun 1902.
Gambar 11: Contoh tipe Sint Vincent

Gambar 12: Contoh tipe-tipe letusan gunung api

No comments:

Post a Comment