Keindahan alam merupakan suatu kebaikan yang diciptakan oleh Sang Pencipta
kepada kita, umat manusia. Kerakusan dan ketamakan menjadikan semuanya lenyap
menjadi sebuah bangunan yang menjulang tinggi, mesin berasap, kebisingan tiada
henti bahkan gumpalan bau yang tidak sedap. Hal tersebut menjadikan ekosistem
alam dan hewan menjadi terganggu. Namaku Faid, mahasiswa Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta. Semua itu sudah tidak asing bagiku,
lahir dan besar pun di antara benda-benda mengerikan tersebut.
“Ada kalanya sesekali kita perlu keluar dari kota dan mendestinasikan
sebuah perjalanan ke suatu tempat yang masih perawan”, begitulah pikirku.
Tujuannya untuk melihat keindahan alam yang belum terjamah oleh tangan-tangan nakal
manusia. Karena Kita semua perlu tau bahwa vegetasi itu hijau, tanah tempat
berpijak itu coklat, langit itu biru serta udara itu tidak berbau. Kemudian Aku
ingin mengeksposnya, meskipun hanya tertulis pada lembaran atau tertempel pada
kertas foto, agar semua orang mengetaui indahnya ekosistem tanpa usikan manusia.
Hal itulah yang mendasari keinginanku untuk melakukan ekspedisi alam liar dan
menikmati keindahan alamnya.
Tentunya Aku tidak sendiri, ekspedisi ini ku lakukan bersama teman-teman
dari Zero Phase Geophysics Adventure yaitu organisasi pecinta alam di jurusanku,
Teknik Geofisika. Persiapan pertama yang Kami lakukan yaitu mulai membicarakan
mengenai tempat tujuan, biaya akomodasi, rute perjalanan, konsumsi, logistik
dan perijinan. Lokasi tujuan yang Kami pilih berada di daerah Garut, Jawa Barat
tepatnya di Gunung Papandayan. Gunung Papandayan merupakan lokasi wisata alam kawah
pegunungan yang menampilkan keindahan alam yang dapat dinikmati dari ketinggian.
Kami adalah pecinta alam yang tidak akan puas hanya melihat tempat
wisata saja, maka akan Kami buat sebuah rute yang lebih menantang. Rute
pendakian yang Kami pilih dimulai dari arah Utara Gunung Papandayan, yaitu
dimulai dari Gunung Kendang. Penentuan tersebut Kami tentukan dengan melihat
peta citra satelit yang kemudian Kami korelasikan menggunkan peta kontur dari
data SRTM Jawa Barat. Setelah pertimbangan kelandaian lereng berdasarkan nilai
kontur dan kerapatan kontur, Kami telah melakukan plot rute perjalanan.
Akhirnya Kami putuskan untuk melalui rute pendakian yang dimulai pada Gunung
Kendang kemudian menururuni gunung hingga keluar hutan melalui Tegal Panjang,
selanjutnya melakukan perjalanan sampai Gunung Papandayan.
Denah Lokasi G. Kendang - Tegal Panjang
Denah Lokasi G. Papandayan
Selanjutnya Kami mulai menghitung biaya akomodasi, konsumsi, logistik
dan mempersiapkan perijinan. Kami perkirakan estimasikan ekspedisi akan
membutuhkan waktu selama 5 hari pendakian berdasarkan peta dan 2 hari untuk
perjalanan pulang pergi. Maka mulai Kami rinci perhitungan biaya perjalanan,
jumlah konsumsi dan keperluan logistik seperti pakaian, gas untuk memasak,
kompas, GPS, peta dan lain-lain. Perijinan juga Kami siapkan demi kelancaran
perjalanan. Karena organisasi Kami resmi dari jurusan maka Kami mempersiapkan
surat perijinan dari kampus secara resmi serta Kami lampirkan juga surat sehat dan
kesanggupan setiap anggota. Selanjutnya Kami mulai memikirkan kontribusi apa
yang akan Kami berikan untuk alam disana nanti. Ide cemerlang yang akhirnya Kami
pilih adalah untuk memberikan plang yang berisikan pesan moral tentang alam.
Rencananya, plang tersebut akan Kami pasang disetiap perjalanan yang Kami
lalui.
Semua persipan mengenai ekspedisi ini Kami persiapkan selama 1 bulan
sebelum keberangkatan. Hal tersebut agar semua dapat terstruktur dengan baik
untuk keberlangsungan pendakian nanti, mengingat rute yang masih liar.
Mendekati hari keberangkatan, Kami memesan tiket kereta tujuan Cibatu dan telah
mempersiapkan semua keperluan ekspedisi termasuk 20 plang seng serta 50 stiker
ekspedisi yang siap Kami tempel.
Kamis, 19 Februari 2015, sebelum keberangkatan Kami melakukan persiapan
akhir di area Kampus UPN “Veteran” Yogyakarta. Selanjutnya Kami diantar dengan
anggota yang lain menuju stasiun Lempuyangan. Perjalanan berawal dari stasiun
Lempuyangan ke stasiun Cibatu, Jawa Barat, dengan menggunakan kereta api Kahuripan.
Bersama 13 anggota yang terdiri dari 11 laki-laki dan 2 perempuan, Aku memimpin
ekspedisi ini. Kami berangkat pukul 11.00 WIB dan tiba di stasiun Cibatu pukul
21.45 WIB. Ternyata tidak seperti kota besar lainnya, di Garut transportasi
angkot malam tidak ditemukan di stasiun. Transportasi yang tersedia adalah ojek
dan taxi. Akhirnya Kami putuskan untuk istirahat malam ini dan melanjutkan
perjalan besok pagi. Kami menginap di kantor polisi terdekat yang berjarak 1
kilometer dengan stasiun.
Keberangkatan dari Stasiun Lempuyangan
Jumat, 20 Februari 2016, Kami bangun disaat Subuh. Kami segera sarapan
dan melakukan packing barang-barang. Beberapa dari Kamipun menanyakan kepada
polisi mengenai transportasi yang dapat Kami gunakan untuk menuju Gunung
Kendang. Setelah itu Kami memohon ijin kepada polisi untuk melanjutkan
perjalanan. Kami berjalan menuju seberang jalan untuk menaiki angkutan umum
menuju Terminal Garut. Perjalanan dimulai pada pukul 05.30 ke lokasi Gunung
Kendang dengan menyewa angkutan umum. Tiba di Terminal Garut, selanjutnya Kami
sewa mobil pick up menuju Puncak Darajat, yaitu lokasi terdekat dari Gunung
Kedang yang dapat dilalui oleh kendearaan mobil. Perjalanan cukup lama sekitar
2 jam sampai akhirnya rute perjalanan menjadi naik. Hal itu wajar karena tujuan
Kami berhenti berada di sekitar area pegunungan. Akhirnya tepat dijalan yang
mengelilingi lereng, Aku melihat tulisan Puncak Derajat di seberang lereng
lainnya. Aku mulai berpikir bahwa lokasi pemberhentian semakin dekat, pasti
disana terdapat lokasi wisata air panas seperti yang Aku lihat di peta yang Kami
bawa. Perjalanan masih berlanjut sampai akhirnya Kami melewati area wisata air
panas, plang-plang bertuliskan ‘Geothermal Chevron Derajat’ pun Kami lewati. Awalnya
tidak ku hiraukan plang-plang tersebut. Deikit aneh memang, Aku banyak melihat
logo perusahaan Pertamina dan Chevron di area ini.
Mobil pick up Kami berhenti di sebuah tempat area parkiran pukul 11.00
WIB. Demi memastikan lokasi pemberhentian sesuai, Aku gunakan GPS untuk
mengetahui koordinat kemudian aku lihat lokasinya pada peta yang telah Kami
persipakan. Berulang kali aku coba untuk memastikan lokasinya. Namun hasilnya
tetap sama, bahwa Kami belum berada pada lokasi pemberhetian yang Kami harapkan.
Akupun meminta kepada supir angkutan umum tersebut untuk melanjutkan
perjalanan. Namun supir itu menjelaskan bahwa lokasi ini adalah lokasi terakhir
dari angkutan umum. Sampai akhirnya keluarlah seorang berpakaian seragam biru
gelap dari pos kemudian menghampiri Kami. Orang tersebut bertanya mengenai
keperluan Kami disini. Kamipun menjelakan mengenai kegiatan perjalanan Kami
menuju Gunung Kendang untuk pendakian. Kemudian orang tersebut menjelaskan area
ini adalah kawasan perusahaan Geothermal Chevron yang tidak dapat dimasuki
sembarangan. Barulah Aku sadang mengenai plang-plang tadi.
Gunung Kendang adalah lokasi bebas namun apabila hendak mendaki dari
daerah Puncak Darajat, berarti harus melewati area perusahaan Chevron. Panjang
lebar Kami bernegoisasi dengan petugas yang ternyata adalah security itu.
Bahkan salah satu pejabat pun turun dari mobil dan menjelaskan kepada Kami
mengenai hal yang sama. Salah satu dari Kamipun dipersilahkan ke bagian pusat keamaan
untuk meminta ijin dan hasilnya tetap tidak diperbolehkan. Mereka menjelaskan
bahwa surat Kami lengkap namun dibutuhkan 2 surat perijinan lain yaitu yaitu
ijin melewati kawasan perusahaan (Chevron) dan ijin pendakian (Perhutani
Regional Garut). Aku melihat raut wajah teman-temanku putus asa setelah
mendengar penjelasan tersebut. Tidak mungkin ekspedisi ini Kami tunda atau
bahkan batal, Akupun tidak mau perjalanan dan semua rencana yang Kami buat
menjadi sia-sia.
Kemudian datanglah 2 orang dengan pakaian sama menggunakan mobil Triton,
satu berbadan besar dan satu berbadan kecil. Merekapun mendatangi Kami yang
sedang bernegoisiasi. Sama dengan yang lain, mereka berdua menanyai Kami
mengenai tujuan, perijinan dll. Tanpa putus asa Kami jelaskan kembali untuk
meyakinkan mereka bahwa Kami mampu. Namu mereka masih terlihat ragu dengan Kami,
mereka menceritakan mengenai bahaya-bahaya di hutan dan kejadian hilangnya
orang-orang di Gunung Kendang karena jalannya yang memang belum ada. Mereka
menjelaskan mengenai perawannya Gunung Kendang yang memang belum ada tracknya,
foto-foto pun mereka perlihatkan kepada Kami. Tanpa gentar, Kamipun menjawab
keraguan mereka dengan cerita ekpedisi Gunung Argopuro yang pernah Kami lakukan
selama 8 hari. Kami meyakinkan melalui tekat Kami melakukan ekspedisi ini,
fisik yang telah Kami siapkan, logistik, konsumsi, perijinan, rute pendakian
bahkan semua alat bantu seperti kompas, GPS dan peta (2 jenis peta: peta kontur
dan peta citra satelit) telah Kami persiapkan dengan matang.
Saat yang lain menjelaskan, Akupun dipanggil oleh Pak Jakson yaitu salah
satu security tersebut yang berbadan kecil. Pak Jakson menjelaskan bahwa dia
dan temannya merupakan pecinta alam juga, Darajat Adventure. "Darajat
Adventure merupakan pecinta alam yang mempunyai keinginan untuk menjadinkan
Gunung Kendang menjadi sebuah tempat wisata yang dapat didaki oleh para
penikmat alam", kata secutiry berbadan besar, Pak Budi. Akhirnya mereka
yakin dengan tekat Kami, merekapun menawarkan kepada Kami untuk melakukan
pendakian bersama agar perijinan perusahaan dapat dilalui. Mendengar hal
tersebut Aku merasa senang, begitu juga teman-temanku yang dapat terlihat dari
raut wajah mereka. Perihal persiapan mereka berdua menyampaikan, perjalanan
akan dilaksanakan besok pagi. Mungkin sedikit kecewa karena waktu pendakian Kami
menjadi tertunda, namun jalan keluar permasalahan telah ditemukan. Akhirnya Kami
dapat mendaki Gunung Kendang untuk melanjutkan perjalanan sampai Gunung Papandayan.
Sabtu, 21 Februari 2015, Pukul 05.35 WIB, Kami semua siap untuk menuju
start point awal. Start point awal Kami terletak pada koordinat x : 800239 m,
y: 9200452 m, dan z : 1996 m. Pendakian Gunung Kendang Kami lakukan dengan
ditemani oleh 4 personil Darajat Adventure. Pendakian Kami cukup terlambat
dikarenakan Pak Budi harus membuatkan 2 surat ijin yang diperlukan. Kami
diantar dengan angkot yang melihat kerja keras Kami untuk tetap ingin melakukan
mendakian meskipun terkendala perijinan, Kami diantar melalui area perusahan
sampai batas area perusahaan. Kami melihat banyak pipa-pipa jalur uap panas
dari sumberdaya panasbumi. Jurusan Kami mempelajari mengenai hal tersebut, jadi
sudah bukan jadi hal yang asing bagi Kami, bahkan Aku pernah mengikuti fieldtrip
mengenai perusahaan panasbumi yang sama namun di daerah yang lain. Sebelum
memulai pendakian, Kami melakukan pemanasan terlebih dahulu. Dari batas pagar
ini Kami berjalan melalui jalan bebatuan untuk menunggu Pak Budi di area
lapangan untuk memasuki area hutan Gunung Kendang.
Area Panasbumi Darajat
Diawali dengan doa maka Kami melanjutkan perjalanan bersama dengan
Darajat Adventure. Dua jam perndakian cukup membuat Kami paham mengenai
perawannya gunung ini. Vegetasi lebat, lereng curam dan lereng terjal menjadi
jalan satu-satunya untuk mendaki. Bahkan sampai pada suatu tempat yang harus
dilalui dengan melewati sebuah pohon besar dimana sebelah kanan dan kiri
merupakan lembah yang dalam. Dalam perjalanan menuju puncak Gunung Kendang Kami
tidak lupa memasang plang yang telah Kami siapkan. Akhirnya sampai pada sebuah
danau yang cukup jernih airnya, danau tersebut Kami beri nama Danau ‘Never
Die’, sesuai dengan jargon Kami. Pada pukul 15.43 Kami akhirnya tiba di puncak
gunung kendang dengan tinggi 2641 Mdpl dan mendirikan tenda untuk beristirahat.
Malam ini Kami habiskan waktu bersama Darajat Adventure untuk saling
menceritakan mengenai kegiatan alam masing-masing.
Minggu, 22 Februari 2015, pukul 05.20 WIB Kami packing dan bersiap-siap
melanjutkan perjalanan menuju Tegal Panjang. Sesuai janji Kamipun berpisah
dengan Darajat Adventure untuk melanjutkan perjalanan menuju Tegal Panjang. Parang,
peta, GPS dan Kompas, Kami siapkan untuk perjalanan. Vegetasi yang sangat lebat
membuat Kami membuka jalur dengan menebasnya. Beberapa kali kutemui jurang di
depan mata, jurang-jurang tidak terbaca pada peta karena interval kontur pada
peta terlalu besar. Suara-suara hewan liar seperti kera dan elang terdengar
oleh telingaku. Pukul 13.35. WIB Kami beristirahat untuk makan dan beribadah.
Pemandangan hutan yang begitu sejuk dapat menghilangkan rasa lelah Kami. Beginilah
yang Aku harapkan, udara sejuk membuat hati dan pikiran menjadi tenang dan nyaman.
Tidak seperti di kota yang terlalu bising dan bau. Dokumentasi perjalanan yang
tidak Kami tinggalkan sejauh ini, akan Aku ekspose kepada teman-temanku yang
lain agar mereka berpikir bahwa alam harus dijaga dengan baik. Kami melanjutkan
perjalanan dan saat hari sudah mulai senja, Kami memutuskan untuk mencari
tempat dan mendirikan tenda lalu beristirahat dari perjalanan hari ini.
Sedikit tidak bersahabat lokasi ini, Kami sulit untuk menemukan lahan
luas yang datar untuk didirikan tenda. Kami harus menemukan lahan yang luas untuk
bermalam dalam satu tempat. Kami tidak ingin mengambil risiko dengan bermalam
secara terpisah di hutan ini. Disamping itu Kami juga tidak dapat melanjutkan
perjalanan karena hari sudah gelap. Jika Kami lanjutkan akan sangat berbahaya
kerena jurang bisa tidak terlihat di depan Kami nanti. Maka Kami menemukan
sebuah tempat yang luas namun tidak lapang. Akhirnya dengan kemampuan survival Kami,
Kami merobohkan pepohonan kecil untuk mendatarkan lahan agar dapat didirikan tenda
diatasnya. Kegiatan ini cukup memakan waktu lama, sampai akhirnya Kami dapat
bermalam. Di dalam tenda, nasib baik yaitu handphone Kami dapat berfungsi.
Sehingga Kami memberi kabar kepada teman-teman di Jogja mengenai keadaan Kami.
Selanjutnya Kamipun meminta untuk dikirimkan peta dengan interval baru.
Senin, 23 Februari 2015, 05.00 WIB Kami semua bangun, mulai memasak dan
siap melanjutkan perjalanan. Hari ini merupakan hari ketiga, Kami melakukan
perjalanan. Dalam perjalanan, Kami menemukan beberapa flora hutan tersebut dan
beberapa dari tumbuhan ini yang belum pernah Kami lihat sebelumnya di hutan
lain. Di tanah yang agak lapang yang terdapat sungai kecil, Kami beristirahat
sejenak untuk makan siang dan kemudian kembali melanjutkan perjalanan. Di sungai,
Kami sempat mencuci muka, gosok gigi dan mencuci nesting untuk menjaga
kebersihan serta mengisi persediaan minuman yang telah berkurang. Membuka jalur
merupakan hal yang cukup sulit karena disamping menentukan rute perjalan dari
peta topografi dan dibantu dengan GPS serta kompas, Kami juga harus menebas vegetas
sebagai jalan Kami. Saat menjelajah hutan, di perjalanan Kami sempat melihat
fauna langka dilindungi yang terbang di atas Kami yaitu Elang Bondol.
Selanjutnya Kami keluar hutan dan melihat di seberang bukit ini terdapat
sebuah lahan pertanian luas yang terdapat satu rumah saja disana. Sehingga Kami
turun melalui lembah kemudian Kami berjalan menaiki lahan pertanian tersebut.
Sampai akhirnya Kami sampai pada rumah tersebut dan meminta ijin untuk menginap
di lahan tersebut. Karena hari sudah petang Kami memutuskan untuk mendirikan
camp dengan titik koordinat x : 798510 m, y: 9196682 m dan z : 2087m. Kami
bertanya pada pemilik rumah mengenai Tegal Panjang dan beliau menjelaskan jalan
yang harus dilalui. Malam itu Kami mulai merencanakan kembali mengenai rute
perjalanan untuk besok. Besok, Kami akan memasuki hutan lagi dan selanjutnya
akan menemui area pedesaan samapai akhirnya Kami masuk hutan lagi dan keluar di
Tegal Panjang.
Istirahat di Tegal Panjang
Melanjutkan Perjalanan dari Tegal Panjang
Selasa, 24 Februari 2015, pukul 06.30 WIB setelah sarapan dan packing,
perjalanan Kami lanjutkan dengan memasuki Hutan kembali. Perjalanan menuruni
bukit dan masih dilakukan dengan menebas pepohonan kecil untuk membuat jalur,
vegetasi tidak selebat sebelumnya. Sampai akhirnya Kami menemukan beberapa
rumah dan Kamipun menanyakan mengenai keberadaan Tegal Pnajang. Namun sayangnya
mereka tidak mengerti mengenai lokasi tersebut, malah yang ada, anjing penjaga
selalu menggongong yang akhirnya membuat Kami segera pergi. Dengan kepercayaan
mengenai pembacaan peta, GPS dan kompas maka Kami melanjutkan perjalanan
menaiki dan menuruni bukit. Di arena ini memang sudah terdapat jalan setapak
sehingga tidak perlu Kami menebas vegetasi lagi. Sampai akhirnya Kami menemukan
perkebunan warga yang sangat luas, Kamipun berjalan melewati lahan tersebut.
Sampai akhirnya Kami memasuki area hutan.
Terlihat sebuah cahaya terang di balik vegetasi yang rimbun, Kamipun
berlari menuju cahaya tersebut. Akhirnya sampai di Tegal Panjang dengan titik
koordinat x : 801023 m, y : 9195252 m dan z : 2077 m. Senang rasanya, melihat
pemandangan yang sangat indah seperti ini. Vegetasi hijau, tanah berpijak
berwarna coklat, langit biru, awan putih dan udara segar sangat membuat
ketenangan dan kenyaman. Berteriaklah Kami utuk melampiaskan kesenangan Kami.
Sekitar 1,5 jam Kami menikmati keindahan di Tegal Panjang ini, sambil istirahat
dan merasakan angin sepoi-sepoi. Pada pukul 12.00 di Tegal Panjang tersebut Kami
akhirnya melanjutkan perjalanan untuk menuju ke Pondok Salada yaitu area Gunung
Papandayan. Sebenarnya sedikit segan untuk pulang dengan keindahan alam yang
seperti ini.
Selama perjalanan banyak hal yang Kami alami, bertemu orang baru dan
pengalaman baru yang Kami dapatkan serta keindahan alam liar dapat Kami nikmati.
Semua kesenangan tersebut seketika terlupakan saat Kami harus menghadapi
kondisi dimana salah seorang dari Kami harus ditandu karena kondisi fisik yang
lemah. Saat ini masih di rute Tegal Panjang-Gunung Papandayan pukul 16.00 WIB.
Awalnya Aku targetkan sampai pada Pondok Salada pukul 18.00 WIB kemudian Kami
bisa langsung merencanakan kepulangan. Namun dengan keadaan seperti ini Aku
mulai ragu untuk pulang malam ini. Awalnya Kami sempat menandu teman Kami
sampai senja, sampai akhirnya dua orang kusarankan untuk berjalan terlebih
dahulu mencari bantuan. Hari sudah gelap, lampu senter telah Kami nyalakan,
dingin mulai Kami rasakan karena harus sering berhenti untuk menunggu tandu
yang berat. Datanglah 3 orang pendaki lain berkat permintaan 2 teman Kami,
sebelumnya mereka sedang bermalam di Pondok Salada.
Berbekal pengetahuan yang telah diajarkan serta dengan kerja sama yang
kompak dan bantuan dari beberapa pihak, Kami berhasil mengevakuasi teman Kami
dari rute antara Tegal Panjang-Papandayan sampai Pondok Salada. Selain itu
estimasi waktu serta makanan yang dapat dikatakan lebih dari cukup karena
keterlambatan sehari dibandingkan rencana awal adalah persiapan yang baik. Saat
kondisi fisik sangat lelah namun Kami tetap harus dituntut untuk bekerja lebih
keras dari biasanya. Jika tidak dilatih sejak awal, mungkin Kami tidak dapat
bertahan. Kemudian Kami sampai pada Pondok Salada dan Kami bermalam di dalam
gubuk. Demi menjaga kehangat akibat malam yang sangat dingin, Kami membuat api
unggun dan bergantian berjaga untuk memastikan teman Kami yang sakit tetap
hangat.
Keberangkatan dari Pondok Salada
Sempat Kami menelpon Bapak Budi mengenai keadaan Kami, sampai akhirnya
beliau menawarkan batuan dan menyuruh Kami tetap menunggu. Dua teman Kami yang
sedang mencari batuan, sedang menuju base yang semoga bantuan lain cepat
datang. Rabu 25 Februari, pukul 05.00 WIB sebuah motor datang untuk
mengantarkan teman Kami untuk turun ke base. Senang dan tenang rasanya teman Kami
dapat diantar dengan cepat dan akhirnya Kami dapat melanjutkan perjalan menuju
Camp David, Camp David adalah camp Pos Gunung Papandayan. Sinar mentari membuat
semngat Kami kembali muncul, Kamipun melanjutkan perjalanan. Di sepanjang
perjalanan menuruni gunung, Kami disuguhkan pemandangan dari kawah yang indah,
banyak terdapat perbedaan vegetasi antara daerah kawah dan daerah yang jauh
dari kawah, sampai Kamipun menemukan sebuah hutan mati.
Sun Rise dari Papandayan
Papandayan
Sesampainya di Camp David, Kami berisitirahat sambil menunggu kabar
teman Kami yang sakit. Akhirnya Pak Budi datang dengan membawa teman Kami yang
telah dapat berjalan kembali. Kemudian dibantu Darajat Adventure, Kami diantar
hingga sampai menemukan angkutan di kota Garut menuju terminal Tasikmalaya. Di
dalam mobil, Aku menceritakan mengenai semua hal yang Kami temui selama
perjalan, termasuk beberapa plang yang tidak sempat Kami tempel semenjak teman Kami
harus ditandu. Kemudian Kami berpamitan dan mengucapkan terimakasih terhadap
Darajat Adventure atas bantuannya. Merekapun bercerita mengenai keinginannya
untuk mendaki salah satu gunung di Garut dan mereka menawarkan untuk memberikan
plang Kami yang nanti akan mereka tempel saat pendakian. Setelah tibanya di
Tasikmalaya, tujuan akhir Kami adalah Yogyakarta saat ini Pukul 10.00 WIB.
Sangat mengasyikan. J
Poster Catatan Perjalanan Ekspedisi III
No comments:
Post a Comment