Tuesday 2 June 2015

Catatan Perjalanan: Ekspedisi III Keindahan Alam Liar Gn. Kendang - Tegal Panjang - Gn. Papandayan, Jawa Barat

Keindahan alam merupakan suatu kebaikan yang diciptakan oleh Sang Pencipta kepada kita, umat manusia. Kerakusan dan ketamakan menjadikan semuanya lenyap menjadi sebuah bangunan yang menjulang tinggi, mesin berasap, kebisingan tiada henti bahkan gumpalan bau yang tidak sedap. Hal tersebut menjadikan ekosistem alam dan hewan menjadi terganggu. Namaku Faid, mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta. Semua itu sudah tidak asing bagiku, lahir dan besar pun di antara benda-benda mengerikan tersebut.
“Ada kalanya sesekali kita perlu keluar dari kota dan mendestinasikan sebuah perjalanan ke suatu tempat yang masih perawan”, begitulah pikirku. Tujuannya untuk melihat keindahan alam yang belum terjamah oleh tangan-tangan nakal manusia. Karena Kita semua perlu tau bahwa vegetasi itu hijau, tanah tempat berpijak itu coklat, langit itu biru serta udara itu tidak berbau. Kemudian Aku ingin mengeksposnya, meskipun hanya tertulis pada lembaran atau tertempel pada kertas foto, agar semua orang mengetaui indahnya ekosistem tanpa usikan manusia. Hal itulah yang mendasari keinginanku untuk melakukan ekspedisi alam liar dan menikmati keindahan alamnya.
Tentunya Aku tidak sendiri, ekspedisi ini ku lakukan bersama teman-teman dari Zero Phase Geophysics Adventure yaitu organisasi pecinta alam di jurusanku, Teknik Geofisika. Persiapan pertama yang Kami lakukan yaitu mulai membicarakan mengenai tempat tujuan, biaya akomodasi, rute perjalanan, konsumsi, logistik dan perijinan. Lokasi tujuan yang Kami pilih berada di daerah Garut, Jawa Barat tepatnya di Gunung Papandayan. Gunung Papandayan merupakan lokasi wisata alam kawah pegunungan yang menampilkan keindahan alam yang dapat dinikmati dari ketinggian.
Kami adalah pecinta alam yang tidak akan puas hanya melihat tempat wisata saja, maka akan Kami buat sebuah rute yang lebih menantang. Rute pendakian yang Kami pilih dimulai dari arah Utara Gunung Papandayan, yaitu dimulai dari Gunung Kendang. Penentuan tersebut Kami tentukan dengan melihat peta citra satelit yang kemudian Kami korelasikan menggunkan peta kontur dari data SRTM Jawa Barat. Setelah pertimbangan kelandaian lereng berdasarkan nilai kontur dan kerapatan kontur, Kami telah melakukan plot rute perjalanan. Akhirnya Kami putuskan untuk melalui rute pendakian yang dimulai pada Gunung Kendang kemudian menururuni gunung hingga keluar hutan melalui Tegal Panjang, selanjutnya melakukan perjalanan sampai Gunung Papandayan.

 
Denah Lokasi G. Kendang - Tegal Panjang


Denah Lokasi G. Papandayan


Selanjutnya Kami mulai menghitung biaya akomodasi, konsumsi, logistik dan mempersiapkan perijinan. Kami perkirakan estimasikan ekspedisi akan membutuhkan waktu selama 5 hari pendakian berdasarkan peta dan 2 hari untuk perjalanan pulang pergi. Maka mulai Kami rinci perhitungan biaya perjalanan, jumlah konsumsi dan keperluan logistik seperti pakaian, gas untuk memasak, kompas, GPS, peta dan lain-lain. Perijinan juga Kami siapkan demi kelancaran perjalanan. Karena organisasi Kami resmi dari jurusan maka Kami mempersiapkan surat perijinan dari kampus secara resmi serta Kami lampirkan juga surat sehat dan kesanggupan setiap anggota. Selanjutnya Kami mulai memikirkan kontribusi apa yang akan Kami berikan untuk alam disana nanti. Ide cemerlang yang akhirnya Kami pilih adalah untuk memberikan plang yang berisikan pesan moral tentang alam. Rencananya, plang tersebut akan Kami pasang disetiap perjalanan yang Kami lalui.
Semua persipan mengenai ekspedisi ini Kami persiapkan selama 1 bulan sebelum keberangkatan. Hal tersebut agar semua dapat terstruktur dengan baik untuk keberlangsungan pendakian nanti, mengingat rute yang masih liar. Mendekati hari keberangkatan, Kami memesan tiket kereta tujuan Cibatu dan telah mempersiapkan semua keperluan ekspedisi termasuk 20 plang seng serta 50 stiker ekspedisi yang siap Kami tempel.
Kamis, 19 Februari 2015, sebelum keberangkatan Kami melakukan persiapan akhir di area Kampus UPN “Veteran” Yogyakarta. Selanjutnya Kami diantar dengan anggota yang lain menuju stasiun Lempuyangan. Perjalanan berawal dari stasiun Lempuyangan ke stasiun Cibatu, Jawa Barat, dengan menggunakan kereta api Kahuripan. Bersama 13 anggota yang terdiri dari 11 laki-laki dan 2 perempuan, Aku memimpin ekspedisi ini. Kami berangkat pukul 11.00 WIB dan tiba di stasiun Cibatu pukul 21.45 WIB. Ternyata tidak seperti kota besar lainnya, di Garut transportasi angkot malam tidak ditemukan di stasiun. Transportasi yang tersedia adalah ojek dan taxi. Akhirnya Kami putuskan untuk istirahat malam ini dan melanjutkan perjalan besok pagi. Kami menginap di kantor polisi terdekat yang berjarak 1 kilometer dengan stasiun.

Keberangkatan dari Stasiun Lempuyangan

Jumat, 20 Februari 2016, Kami bangun disaat Subuh. Kami segera sarapan dan melakukan packing barang-barang. Beberapa dari Kamipun menanyakan kepada polisi mengenai transportasi yang dapat Kami gunakan untuk menuju Gunung Kendang. Setelah itu Kami memohon ijin kepada polisi untuk melanjutkan perjalanan. Kami berjalan menuju seberang jalan untuk menaiki angkutan umum menuju Terminal Garut. Perjalanan dimulai pada pukul 05.30 ke lokasi Gunung Kendang dengan menyewa angkutan umum. Tiba di Terminal Garut, selanjutnya Kami sewa mobil pick up menuju Puncak Darajat, yaitu lokasi terdekat dari Gunung Kedang yang dapat dilalui oleh kendearaan mobil. Perjalanan cukup lama sekitar 2 jam sampai akhirnya rute perjalanan menjadi naik. Hal itu wajar karena tujuan Kami berhenti berada di sekitar area pegunungan. Akhirnya tepat dijalan yang mengelilingi lereng, Aku melihat tulisan Puncak Derajat di seberang lereng lainnya. Aku mulai berpikir bahwa lokasi pemberhentian semakin dekat, pasti disana terdapat lokasi wisata air panas seperti yang Aku lihat di peta yang Kami bawa. Perjalanan masih berlanjut sampai akhirnya Kami melewati area wisata air panas, plang-plang bertuliskan ‘Geothermal Chevron Derajat’ pun Kami lewati. Awalnya tidak ku hiraukan plang-plang tersebut. Deikit aneh memang, Aku banyak melihat logo perusahaan Pertamina dan Chevron di area ini.
Mobil pick up Kami berhenti di sebuah tempat area parkiran pukul 11.00 WIB. Demi memastikan lokasi pemberhentian sesuai, Aku gunakan GPS untuk mengetahui koordinat kemudian aku lihat lokasinya pada peta yang telah Kami persipakan. Berulang kali aku coba untuk memastikan lokasinya. Namun hasilnya tetap sama, bahwa Kami belum berada pada lokasi pemberhetian yang Kami harapkan. Akupun meminta kepada supir angkutan umum tersebut untuk melanjutkan perjalanan. Namun supir itu menjelaskan bahwa lokasi ini adalah lokasi terakhir dari angkutan umum. Sampai akhirnya keluarlah seorang berpakaian seragam biru gelap dari pos kemudian menghampiri Kami. Orang tersebut bertanya mengenai keperluan Kami disini. Kamipun menjelakan mengenai kegiatan perjalanan Kami menuju Gunung Kendang untuk pendakian. Kemudian orang tersebut menjelaskan area ini adalah kawasan perusahaan Geothermal Chevron yang tidak dapat dimasuki sembarangan. Barulah Aku sadang mengenai plang-plang tadi.
Gunung Kendang adalah lokasi bebas namun apabila hendak mendaki dari daerah Puncak Darajat, berarti harus melewati area perusahaan Chevron. Panjang lebar Kami bernegoisasi dengan petugas yang ternyata adalah security itu. Bahkan salah satu pejabat pun turun dari mobil dan menjelaskan kepada Kami mengenai hal yang sama. Salah satu dari Kamipun dipersilahkan ke bagian pusat keamaan untuk meminta ijin dan hasilnya tetap tidak diperbolehkan. Mereka menjelaskan bahwa surat Kami lengkap namun dibutuhkan 2 surat perijinan lain yaitu yaitu ijin melewati kawasan perusahaan (Chevron) dan ijin pendakian (Perhutani Regional Garut). Aku melihat raut wajah teman-temanku putus asa setelah mendengar penjelasan tersebut. Tidak mungkin ekspedisi ini Kami tunda atau bahkan batal, Akupun tidak mau perjalanan dan semua rencana yang Kami buat menjadi sia-sia.
Kemudian datanglah 2 orang dengan pakaian sama menggunakan mobil Triton, satu berbadan besar dan satu berbadan kecil. Merekapun mendatangi Kami yang sedang bernegoisiasi. Sama dengan yang lain, mereka berdua menanyai Kami mengenai tujuan, perijinan dll. Tanpa putus asa Kami jelaskan kembali untuk meyakinkan mereka bahwa Kami mampu. Namu mereka masih terlihat ragu dengan Kami, mereka menceritakan mengenai bahaya-bahaya di hutan dan kejadian hilangnya orang-orang di Gunung Kendang karena jalannya yang memang belum ada. Mereka menjelaskan mengenai perawannya Gunung Kendang yang memang belum ada tracknya, foto-foto pun mereka perlihatkan kepada Kami. Tanpa gentar, Kamipun menjawab keraguan mereka dengan cerita ekpedisi Gunung Argopuro yang pernah Kami lakukan selama 8 hari. Kami meyakinkan melalui tekat Kami melakukan ekspedisi ini, fisik yang telah Kami siapkan, logistik, konsumsi, perijinan, rute pendakian bahkan semua alat bantu seperti kompas, GPS dan peta (2 jenis peta: peta kontur dan peta citra satelit) telah Kami persiapkan dengan matang.
Saat yang lain menjelaskan, Akupun dipanggil oleh Pak Jakson yaitu salah satu security tersebut yang berbadan kecil. Pak Jakson menjelaskan bahwa dia dan temannya merupakan pecinta alam juga, Darajat Adventure. "Darajat Adventure merupakan pecinta alam yang mempunyai keinginan untuk menjadinkan Gunung Kendang menjadi sebuah tempat wisata yang dapat didaki oleh para penikmat alam", kata secutiry berbadan besar, Pak Budi. Akhirnya mereka yakin dengan tekat Kami, merekapun menawarkan kepada Kami untuk melakukan pendakian bersama agar perijinan perusahaan dapat dilalui. Mendengar hal tersebut Aku merasa senang, begitu juga teman-temanku yang dapat terlihat dari raut wajah mereka. Perihal persiapan mereka berdua menyampaikan, perjalanan akan dilaksanakan besok pagi. Mungkin sedikit kecewa karena waktu pendakian Kami menjadi tertunda, namun jalan keluar permasalahan telah ditemukan. Akhirnya Kami dapat mendaki Gunung Kendang untuk melanjutkan perjalanan sampai Gunung Papandayan.
Sabtu, 21 Februari 2015, Pukul 05.35 WIB, Kami semua siap untuk menuju start point awal. Start point awal Kami terletak pada koordinat x : 800239 m, y: 9200452 m, dan z : 1996 m. Pendakian Gunung Kendang Kami lakukan dengan ditemani oleh 4 personil Darajat Adventure. Pendakian Kami cukup terlambat dikarenakan Pak Budi harus membuatkan 2 surat ijin yang diperlukan. Kami diantar dengan angkot yang melihat kerja keras Kami untuk tetap ingin melakukan mendakian meskipun terkendala perijinan, Kami diantar melalui area perusahan sampai batas area perusahaan. Kami melihat banyak pipa-pipa jalur uap panas dari sumberdaya panasbumi. Jurusan Kami mempelajari mengenai hal tersebut, jadi sudah bukan jadi hal yang asing bagi Kami, bahkan Aku pernah mengikuti fieldtrip mengenai perusahaan panasbumi yang sama namun di daerah yang lain. Sebelum memulai pendakian, Kami melakukan pemanasan terlebih dahulu. Dari batas pagar ini Kami berjalan melalui jalan bebatuan untuk menunggu Pak Budi di area lapangan untuk memasuki area hutan Gunung Kendang.

Area Panasbumi Darajat

Diawali dengan doa maka Kami melanjutkan perjalanan bersama dengan Darajat Adventure. Dua jam perndakian cukup membuat Kami paham mengenai perawannya gunung ini. Vegetasi lebat, lereng curam dan lereng terjal menjadi jalan satu-satunya untuk mendaki. Bahkan sampai pada suatu tempat yang harus dilalui dengan melewati sebuah pohon besar dimana sebelah kanan dan kiri merupakan lembah yang dalam. Dalam perjalanan menuju puncak Gunung Kendang Kami tidak lupa memasang plang yang telah Kami siapkan. Akhirnya sampai pada sebuah danau yang cukup jernih airnya, danau tersebut Kami beri nama Danau ‘Never Die’, sesuai dengan jargon Kami. Pada pukul 15.43 Kami akhirnya tiba di puncak gunung kendang dengan tinggi 2641 Mdpl dan mendirikan tenda untuk beristirahat. Malam ini Kami habiskan waktu bersama Darajat Adventure untuk saling menceritakan mengenai kegiatan alam masing-masing.
Minggu, 22 Februari 2015, pukul 05.20 WIB Kami packing dan bersiap-siap melanjutkan perjalanan menuju Tegal Panjang. Sesuai janji Kamipun berpisah dengan Darajat Adventure untuk melanjutkan perjalanan menuju Tegal Panjang. Parang, peta, GPS dan Kompas, Kami siapkan untuk perjalanan. Vegetasi yang sangat lebat membuat Kami membuka jalur dengan menebasnya. Beberapa kali kutemui jurang di depan mata, jurang-jurang tidak terbaca pada peta karena interval kontur pada peta terlalu besar. Suara-suara hewan liar seperti kera dan elang terdengar oleh telingaku. Pukul 13.35. WIB Kami beristirahat untuk makan dan beribadah. Pemandangan hutan yang begitu sejuk dapat menghilangkan rasa lelah Kami. Beginilah yang Aku harapkan, udara sejuk membuat hati dan pikiran menjadi tenang dan nyaman. Tidak seperti di kota yang terlalu bising dan bau. Dokumentasi perjalanan yang tidak Kami tinggalkan sejauh ini, akan Aku ekspose kepada teman-temanku yang lain agar mereka berpikir bahwa alam harus dijaga dengan baik. Kami melanjutkan perjalanan dan saat hari sudah mulai senja, Kami memutuskan untuk mencari tempat dan mendirikan tenda lalu beristirahat dari perjalanan hari ini.
Sedikit tidak bersahabat lokasi ini, Kami sulit untuk menemukan lahan luas yang datar untuk didirikan tenda. Kami harus menemukan lahan yang luas untuk bermalam dalam satu tempat. Kami tidak ingin mengambil risiko dengan bermalam secara terpisah di hutan ini. Disamping itu Kami juga tidak dapat melanjutkan perjalanan karena hari sudah gelap. Jika Kami lanjutkan akan sangat berbahaya kerena jurang bisa tidak terlihat di depan Kami nanti. Maka Kami menemukan sebuah tempat yang luas namun tidak lapang. Akhirnya dengan kemampuan survival Kami, Kami merobohkan pepohonan kecil untuk mendatarkan lahan agar dapat didirikan tenda diatasnya. Kegiatan ini cukup memakan waktu lama, sampai akhirnya Kami dapat bermalam. Di dalam tenda, nasib baik yaitu handphone Kami dapat berfungsi. Sehingga Kami memberi kabar kepada teman-teman di Jogja mengenai keadaan Kami. Selanjutnya Kamipun meminta untuk dikirimkan peta dengan interval baru.
Senin, 23 Februari 2015, 05.00 WIB Kami semua bangun, mulai memasak dan siap melanjutkan perjalanan. Hari ini merupakan hari ketiga, Kami melakukan perjalanan. Dalam perjalanan, Kami menemukan beberapa flora hutan tersebut dan beberapa dari tumbuhan ini yang belum pernah Kami lihat sebelumnya di hutan lain. Di tanah yang agak lapang yang terdapat sungai kecil, Kami beristirahat sejenak untuk makan siang dan kemudian kembali melanjutkan perjalanan. Di sungai, Kami sempat mencuci muka, gosok gigi dan mencuci nesting untuk menjaga kebersihan serta mengisi persediaan minuman yang telah berkurang. Membuka jalur merupakan hal yang cukup sulit karena disamping menentukan rute perjalan dari peta topografi dan dibantu dengan GPS serta kompas, Kami juga harus menebas vegetas sebagai jalan Kami. Saat menjelajah hutan, di perjalanan Kami sempat melihat fauna langka dilindungi yang terbang di atas Kami yaitu Elang Bondol.
Selanjutnya Kami keluar hutan dan melihat di seberang bukit ini terdapat sebuah lahan pertanian luas yang terdapat satu rumah saja disana. Sehingga Kami turun melalui lembah kemudian Kami berjalan menaiki lahan pertanian tersebut. Sampai akhirnya Kami sampai pada rumah tersebut dan meminta ijin untuk menginap di lahan tersebut. Karena hari sudah petang Kami memutuskan untuk mendirikan camp dengan titik koordinat x : 798510 m, y: 9196682 m dan z : 2087m. Kami bertanya pada pemilik rumah mengenai Tegal Panjang dan beliau menjelaskan jalan yang harus dilalui. Malam itu Kami mulai merencanakan kembali mengenai rute perjalanan untuk besok. Besok, Kami akan memasuki hutan lagi dan selanjutnya akan menemui area pedesaan samapai akhirnya Kami masuk hutan lagi dan keluar di Tegal Panjang.

Istirahat di Tegal Panjang 

Melanjutkan Perjalanan dari Tegal Panjang

Selasa, 24 Februari 2015, pukul 06.30 WIB setelah sarapan dan packing, perjalanan Kami lanjutkan dengan memasuki Hutan kembali. Perjalanan menuruni bukit dan masih dilakukan dengan menebas pepohonan kecil untuk membuat jalur, vegetasi tidak selebat sebelumnya. Sampai akhirnya Kami menemukan beberapa rumah dan Kamipun menanyakan mengenai keberadaan Tegal Pnajang. Namun sayangnya mereka tidak mengerti mengenai lokasi tersebut, malah yang ada, anjing penjaga selalu menggongong yang akhirnya membuat Kami segera pergi. Dengan kepercayaan mengenai pembacaan peta, GPS dan kompas maka Kami melanjutkan perjalanan menaiki dan menuruni bukit. Di arena ini memang sudah terdapat jalan setapak sehingga tidak perlu Kami menebas vegetasi lagi. Sampai akhirnya Kami menemukan perkebunan warga yang sangat luas, Kamipun berjalan melewati lahan tersebut. Sampai akhirnya Kami memasuki area hutan.
Terlihat sebuah cahaya terang di balik vegetasi yang rimbun, Kamipun berlari menuju cahaya tersebut. Akhirnya sampai di Tegal Panjang dengan titik koordinat x : 801023 m, y : 9195252 m dan z : 2077 m. Senang rasanya, melihat pemandangan yang sangat indah seperti ini. Vegetasi hijau, tanah berpijak berwarna coklat, langit biru, awan putih dan udara segar sangat membuat ketenangan dan kenyaman. Berteriaklah Kami utuk melampiaskan kesenangan Kami. Sekitar 1,5 jam Kami menikmati keindahan di Tegal Panjang ini, sambil istirahat dan merasakan angin sepoi-sepoi. Pada pukul 12.00 di Tegal Panjang tersebut Kami akhirnya melanjutkan perjalanan untuk menuju ke Pondok Salada yaitu area Gunung Papandayan. Sebenarnya sedikit segan untuk pulang dengan keindahan alam yang seperti ini.
Selama perjalanan banyak hal yang Kami alami, bertemu orang baru dan pengalaman baru yang Kami dapatkan serta keindahan alam liar dapat Kami nikmati. Semua kesenangan tersebut seketika terlupakan saat Kami harus menghadapi kondisi dimana salah seorang dari Kami harus ditandu karena kondisi fisik yang lemah. Saat ini masih di rute Tegal Panjang-Gunung Papandayan pukul 16.00 WIB. Awalnya Aku targetkan sampai pada Pondok Salada pukul 18.00 WIB kemudian Kami bisa langsung merencanakan kepulangan. Namun dengan keadaan seperti ini Aku mulai ragu untuk pulang malam ini. Awalnya Kami sempat menandu teman Kami sampai senja, sampai akhirnya dua orang kusarankan untuk berjalan terlebih dahulu mencari bantuan. Hari sudah gelap, lampu senter telah Kami nyalakan, dingin mulai Kami rasakan karena harus sering berhenti untuk menunggu tandu yang berat. Datanglah 3 orang pendaki lain berkat permintaan 2 teman Kami, sebelumnya mereka sedang bermalam di Pondok Salada.
Berbekal pengetahuan yang telah diajarkan serta dengan kerja sama yang kompak dan bantuan dari beberapa pihak, Kami berhasil mengevakuasi teman Kami dari rute antara Tegal Panjang-Papandayan sampai Pondok Salada. Selain itu estimasi waktu serta makanan yang dapat dikatakan lebih dari cukup karena keterlambatan sehari dibandingkan rencana awal adalah persiapan yang baik. Saat kondisi fisik sangat lelah namun Kami tetap harus dituntut untuk bekerja lebih keras dari biasanya. Jika tidak dilatih sejak awal, mungkin Kami tidak dapat bertahan. Kemudian Kami sampai pada Pondok Salada dan Kami bermalam di dalam gubuk. Demi menjaga kehangat akibat malam yang sangat dingin, Kami membuat api unggun dan bergantian berjaga untuk memastikan teman Kami yang sakit tetap hangat.

Keberangkatan dari Pondok Salada

Sempat Kami menelpon Bapak Budi mengenai keadaan Kami, sampai akhirnya beliau menawarkan batuan dan menyuruh Kami tetap menunggu. Dua teman Kami yang sedang mencari batuan, sedang menuju base yang semoga bantuan lain cepat datang. Rabu 25 Februari, pukul 05.00 WIB sebuah motor datang untuk mengantarkan teman Kami untuk turun ke base. Senang dan tenang rasanya teman Kami dapat diantar dengan cepat dan akhirnya Kami dapat melanjutkan perjalan menuju Camp David, Camp David adalah camp Pos Gunung Papandayan. Sinar mentari membuat semngat Kami kembali muncul, Kamipun melanjutkan perjalanan. Di sepanjang perjalanan menuruni gunung, Kami disuguhkan pemandangan dari kawah yang indah, banyak terdapat perbedaan vegetasi antara daerah kawah dan daerah yang jauh dari kawah, sampai Kamipun menemukan sebuah hutan mati.

Sun Rise dari Papandayan

Papandayan

Sesampainya di Camp David, Kami berisitirahat sambil menunggu kabar teman Kami yang sakit. Akhirnya Pak Budi datang dengan membawa teman Kami yang telah dapat berjalan kembali. Kemudian dibantu Darajat Adventure, Kami diantar hingga sampai menemukan angkutan di kota Garut menuju terminal Tasikmalaya. Di dalam mobil, Aku menceritakan mengenai semua hal yang Kami temui selama perjalan, termasuk beberapa plang yang tidak sempat Kami tempel semenjak teman Kami harus ditandu. Kemudian Kami berpamitan dan mengucapkan terimakasih terhadap Darajat Adventure atas bantuannya. Merekapun bercerita mengenai keinginannya untuk mendaki salah satu gunung di Garut dan mereka menawarkan untuk memberikan plang Kami yang nanti akan mereka tempel saat pendakian. Setelah tibanya di Tasikmalaya, tujuan akhir Kami adalah Yogyakarta saat ini Pukul 10.00 WIB. Sangat mengasyikan. J


Poster Catatan Perjalanan Ekspedisi III


No comments:

Post a Comment